Saya tergugah ketika membaca artikel VOA Indonesia yang berjudul Pemanfaatan Energi Surya di Kota New York (23.04.2012). Artikel tersebut berisi mengenai inisiatif walikota New York untuk mendukung penggunaan energi surya sebagai sumber energi bersih di kota tersebut.Walikota Michael Bloomberg dalam konferensi persnya mengumumkan instalasi panel-panel surya di sepuluh bangunan sebagai bagian dari program percontohan. Dukungan penggunaan energi surya tersebut juga ditunjukkan dengan adanya keringanan pajak negara bagian dan federal, serta pemotongan biaya.
Jack Hidary, pendiri Samba Energi, mengatakan bahwa data menunjukkan instalasi tenaga surya di Amerika telah meningkat sepuluh kali lipat sejak tahun 2009, dan harganya terus menurun karena teknologi semakin efisien dan teknik instalasinya terus berkembang. Dia mencatat bahwa sel-sel surya yang dipasang di rumah saudara laki-lakinya ternyata dapat mengumpulkan energi lebih banyak dari kebutuhan keluarga tersebut.
Artikel tersebut tentunya menimbulkan pertanyaan, bagaimana dengan Indonesia? Padahal Amerika Serikat dan negara-negara Eropa memiliki letak yang jauh dari khatulistiwa. Hal itu membuat pendeknya durasi paparan maksimal dari sinar matahari.
Rotasi Bumi dan Pengaruh Terhadap Posisi Matahari |
Negara tropis lebih lama mendapatkan sinar matahari dengan yang tidak jauh berbeda sepanjang tahun. Berbeda dengan negara subtropis yang ada waktu tertentu, intensitas sinar matahari yang diterima turun drastis, seperti pada saat musim dingin.
Namun hal itu tidak menyurutkan semangat negara-negara tersebut untuk mengembangkan dan menggunakan energi surya. Hal ini harusnya menjadi motivasi tersendiri bagi Indonesia yang memiliki potensi besar dalam energi surya.
Posisi Matahari dan Pengaruhnya pada Musim |
Selama ini pemerintah lebih berfokus kepada masalah BBM, mengenai pembatasan penggunaan, pengurangan subsidi maupun konversi ke gas. Namun ada yang dilupakan, yakni potensi sumber-sumber energi terbarukan di Indonesia. Akan tetapi pemanfaatan energi terbarukan tersebut membutuhkan inisiatif dan dorongan dari pemerintah seperti yang dilakukan walikota New York tersebut. Pengurangan biaya serta pemotongan pajak bagi produk-produk energi terbarukan akan membuat investor dan pengusahan tertarik untuk mengembangkan dan menjual produk pendukung energi terbarukan. Selain itu, pengurangan pajak bagunan bagi pengguna energi alternatif selain dari sumber PLN akan membuat masyarakat tertarik untuk menggunakan energi alternatif seperti energi surya.
Selain itu, ada berita baik untuk Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia. Tidak semua instalasi panel surya harus dipasang di atas atap gedung. Dalam artikel VOA tersebut, Carlos Berger dari Solaire Voltaic, sebuah perusahaan kecil energi alternatif di Brooklyn, New York, baru-baru ini melapisi tembok luar bangunan dengan lapisan panel sel-sel surya yang tipis. Lapisan panel itu dibuat dari bahan dasar silikon yang transparan.
Ini merupakan berita baik karena, berbeda dengan daerah lain di Indonesia, beban puncak di Jakarta justru berlangsung pada siang hari. Pada saat orang bekerja dan gedung perkantoran mengkonsumsi listrik untuk pendingin ruangan, lampu, komputer dan kegiatan perkantoran lainnya. Gedung perkantoran dengan belasan atau bahkan puluhan lantai memiliki bidang vertikal yang luas. Dengan memanfaatkan sel-sel surya pada bidang tersebut, tentunya hasil yang didapatkan akan jauh lebih besar dibanding hanya memasang sel surya di atap gedung. Hal tersebut pada gedung-gedung perkantoran di dunia. Salah satunya adalah CIS Office Building di Manchester.
Co-operative Insurance (CIS) Office Building di Manchester |
Indonesia sebagai negara di garis khatulistiwa merupakan salah satu negara dengan potensi energi surya terbesar di dunia. Namun untuk mempercepat pengembangan dan penggunaan energi surya, tentunya itu memebutuhkan dukungan dari pihak-pihak terkait khususnya pemerintah. Potensi energi surya tanpa motivasi dan dukungan untuk mengembangkannya akan menjadi sia-sia. Potensi tanpa motivasi hanyalah kata-kata tak berisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar