Tampilkan postingan dengan label sebuah pemikiran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sebuah pemikiran. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Agustus 2012

Mimpi


Ditengah malam tanpa sengaja melihat status teman
"Buat apa kau berlari untuk mengejar mimpi yang tak pasti"

Hanya dalam hati menanggapi
"Lalu? Apa kau berharap untuk diam dan membiarkannya perlahan mati?"


Sabtu, 02 Juni 2012

With Compassion Comes Courage



"Kenji Goh" cover

I just read my old favorite comic book, "Kenji Goh". Its about young boy that learn about kung fu and travel all around China. In the last chapter, I found amazing word by one of Kenji kung fu teacher, "with compassion comes courage". Its very amazing word that describe how compassion and love give us courage  to do something.

Kenji laoshi (teacher) told him about true courage
After I googled it, this words came from Lao Tse, one of famous Chinese philosopher. This english translation I took from "The Te of Piglet". Here is the complete poem from Lao Tse.


I have three treasures,
Which I guard and keep.

        The first is compassion.
        The second is economy.
        The third is humility.

From compassion comes courage.
From economy comes
       the means to be generous.
  From humility comes
        responsibility leadership.

          Today, men have discarded compassion
In order to be bold.
               They have abandoned economy
               In order to be big spenders.
                      They have rejected humility
                       In order to be first.
                            This is the road to death.
-Lao Tse-


I am no expert in Chinese philosophy but I found it amazing and still relevant today.


With compassion comes courage, life is about choices after all. We choose between what we love and what we love more. Sometimes choices comes with sacrifice, and in order to take the one that you love more you need courage to choose and move on. No matter its compassion towards other individuals, things, or even your dream.

From economy comes generosity. Of course we can't help other if we have not enough for our self. Its also teach us to not become greedy person. Greedy person will never feel enough. They will looking for more fortune, money or something else. But if we already felt that we had enough, it will open our heart and lead to generosity. Generosity about anything, not  only about money. Maybe its food, clothes or even intangible things like knowledge. 


From humility comes responsibility leadership. With humility we will treat other like we treat our self, no dictatorship and we will have responsibility leadership. Sometime, some people want be the first and become more and more superior, even sacrificing others for that. With humility, hopefully we can avoid that.

Compassion teach us about courage and sacrifice for others.
Economy teach us to become thankful and generous.
Humility teach us to acknowledge people and treat others as we treat our self.

Minggu, 29 April 2012

Negeri Kita Masih Dijajah


Negeri kita masih dijajah
lain dulu lain sekarang
tapi tetap
dijajah

dulu pemuda dalam dan luar negeri bersatu
mengkritik belanda
penjajah kita

kini pemuda dalam dan luar negeri bersatu
mengkritik wakil yang suka plesir
sama, penjajah kita

negeri kita dijajah
oleh orang-orang tidak tahu malu
orang-orang munafik
orang-orang yang katanya wakil
tapi tidak mewakili

tidak percaya?
coba lihat!!

meneggelamkan ribuan rumah
dalam lumpur!!
dan masih mau jadi presiden

dulu
pemimpin olahraga masih jadi pemimpin
di dalam penjara!!

belum lama
gubernur lantik pejabat
di dalam penjara!!

sekarang
sudah ditahan masih jadi wakil
belum diberhentikan
apalagi memberhentikan diri

tidak tahu malu
tidak tahu malu!!

dulu kita berhasil
sekarang pasti kita berhasil
ayo kita usir
usir mereka dari bumi pertiwi

===================
Minggu, 29 April 2012
Narendra Prataksita

Kamis, 26 April 2012

Kurangnya Dukungan Energi Surya Untuk Indonesia


Saya tergugah ketika membaca artikel VOA Indonesia yang berjudul Pemanfaatan Energi Surya di Kota New York (23.04.2012). Artikel tersebut berisi mengenai inisiatif walikota New York untuk mendukung penggunaan energi surya sebagai sumber energi bersih di kota tersebut.Walikota Michael Bloomberg dalam konferensi persnya mengumumkan instalasi panel-panel surya di sepuluh bangunan sebagai bagian dari program percontohan. Dukungan penggunaan energi surya tersebut juga ditunjukkan dengan adanya keringanan pajak negara bagian dan federal, serta pemotongan biaya. 

Jack Hidary, pendiri Samba Energi, mengatakan bahwa data menunjukkan instalasi tenaga surya di Amerika telah meningkat sepuluh kali lipat sejak tahun 2009, dan harganya terus menurun karena teknologi semakin efisien dan teknik instalasinya terus berkembang. Dia mencatat bahwa sel-sel surya yang dipasang di rumah saudara laki-lakinya ternyata dapat mengumpulkan energi lebih banyak dari kebutuhan keluarga tersebut.

Artikel tersebut tentunya menimbulkan pertanyaan, bagaimana dengan Indonesia? Padahal Amerika Serikat dan negara-negara Eropa memiliki letak yang jauh dari khatulistiwa. Hal itu membuat pendeknya durasi paparan maksimal dari sinar matahari. 

Rotasi Bumi dan Pengaruh Terhadap Posisi Matahari
Negara tropis lebih lama mendapatkan sinar matahari dengan yang tidak jauh berbeda sepanjang tahun. Berbeda dengan negara subtropis yang ada waktu tertentu, intensitas sinar matahari yang diterima turun drastis, seperti pada saat musim dingin.  Namun hal itu tidak menyurutkan semangat negara-negara tersebut untuk mengembangkan dan menggunakan energi surya. Hal ini harusnya menjadi motivasi tersendiri bagi Indonesia yang memiliki potensi besar dalam energi surya.

Posisi Matahari dan Pengaruhnya pada Musim











Selama ini pemerintah lebih berfokus kepada masalah BBM, mengenai pembatasan penggunaan, pengurangan subsidi maupun konversi ke gas. Namun ada yang dilupakan, yakni potensi sumber-sumber energi terbarukan di Indonesia. Akan tetapi pemanfaatan energi terbarukan tersebut membutuhkan inisiatif dan dorongan dari pemerintah seperti yang dilakukan walikota New York tersebut. Pengurangan biaya serta pemotongan pajak bagi produk-produk energi terbarukan akan membuat investor dan pengusahan tertarik untuk mengembangkan dan menjual produk pendukung energi terbarukan. Selain itu, pengurangan pajak bagunan bagi pengguna energi alternatif selain dari sumber PLN akan membuat masyarakat tertarik untuk menggunakan energi alternatif seperti energi surya.

Selain itu, ada berita baik untuk Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia. Tidak semua instalasi panel surya harus dipasang di atas atap gedung. Dalam artikel VOA tersebut, Carlos Berger dari Solaire Voltaic, sebuah perusahaan kecil energi alternatif di Brooklyn, New York, baru-baru ini melapisi tembok luar bangunan dengan lapisan panel sel-sel surya yang tipis. Lapisan panel itu dibuat dari bahan dasar silikon yang transparan. 

Ini merupakan berita baik karena, berbeda dengan daerah lain di Indonesia, beban puncak di Jakarta justru berlangsung pada siang hari. Pada saat orang bekerja dan gedung perkantoran mengkonsumsi listrik untuk pendingin ruangan, lampu, komputer dan kegiatan perkantoran lainnya. Gedung perkantoran dengan belasan atau bahkan puluhan lantai memiliki bidang vertikal yang luas. Dengan memanfaatkan sel-sel surya pada bidang tersebut, tentunya hasil yang didapatkan akan jauh lebih besar dibanding hanya memasang sel surya di atap gedung. Hal tersebut pada gedung-gedung perkantoran di dunia. Salah satunya adalah CIS Office Building di Manchester.
 
Co-operative Insurance (CIS) Office Building di Manchester
Indonesia sebagai negara di garis khatulistiwa merupakan salah satu negara dengan potensi energi surya terbesar di dunia. Namun untuk mempercepat pengembangan dan penggunaan energi surya, tentunya itu memebutuhkan dukungan dari pihak-pihak terkait khususnya pemerintah. Potensi energi surya tanpa motivasi dan dukungan untuk mengembangkannya akan menjadi sia-sia. Potensi tanpa motivasi hanyalah kata-kata tak berisi.

Sabtu, 03 Maret 2012

53 Tahun ITB, Harapan yang Belum Terwujud

Tanggal 2 Maret 1959 merupakan peresmian pendirian ITB oleh Presiden Soekarno. Namun kampus ITB sejatinya sudah ada sejak zaman belanda atau tepatnya 3 Juli 1920 dengan nama Technische Hoogeschool et Bandung. Selama perjalanannya nama Technische Hoogeschool et Bandung terus berganti dari waktu ke waktu, bahkan menjadi terakhir menjadi Universitas Indonesia sebelum menjadi ITB. Ya, Universitas Indonesia, Kakek saya adalah salah satu alumni ITB ketika ITB masih bernama Fakultas Teknik Universitas Indonesia lengkap dengan lambang makaranya. Namun akhirnya ITB diresmikan dengan konsentrasi ilmu teknik dan Universitas Indonesia didirikan terpisah.

Cover Depan Buku 30 Tahun 

Saat saya tengah merapikan lemari buku, tak sengaja mata saya tertuju pada sebuah buku yang ternyata adalah buku peringatan 30 tahun ITB. Buku yang dibuat pada tahun 1989 dan diterbitkan tahun 1991 ini kurang lebih menceritakan pandangan akan kondisi Indonesia saat itu dan juga harapan serta perkiraan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni di Indonesia, khususnya melalui ITB pada jangka 20 hingga 25 tahun dari saat itu. Beberapa isu yang ada di dalamnya diantaranya adalah perkiraan tentang perkembangan teknologi nano yang kian pesat, bagaimana fase REPELITA selanjutnya (ya dengan asumsi Soeharto akan bertahan lama) dan kondisi perekonomian Indonesia di masa datang. Sudah 23 tahun berlalu sejak 1989, menarik rasanya melihat kebelakang dan bercermin apakah pandangan dan harapan yang ada telah tercapai.

Halaman Depan Buku 30 Tahun ITB
Satu hal yang sangat menarik perhatian saya adalah mengenai harapan bagaimana dunia pendidikan dan industri  dapat bekerja sama sehingga nantinya akan membangun perekonomian Indonesia. Menurut Prof. Iskandar Alisjahbana [1], ITB membutuhkan Industrial Park atau Science Park di dekat kampus. Industrial Park ini dimaksudkan untuk kemudahan pendirian industri-industri kecil yang bersifat pionir. Beliau berkata, "Alangkah indahnya kalau industri ini berasal dari kelanjutan penelitian dosen-dosennya". Ia mencontohkan dengan pendirian Science Park di Universitas Singapura (saat ini NUS) yang meski baru didirikan 7 tahun (berdiri pada 1982), Beliau langsung menyadari potensi dan dampak yang akan ditimbulkan di masa mendatang untuk Singapura dan tumbuhnya industri-industri high tech di negara tersebut. Saat ini Science Park tersebut terus berkembang dan bahkan pada tahun 2011, perusahaan pembuat Harddisk, Western Digital, juga  mendirikan pusat R&D di Singapore Science Park.

Kerjasama antar dunia pendidikan dan industri tersebut Prof. M. T. Zen[2] dalam buku ini, dapat terjadi akibat semakin besarnya biaya yang dibutuhkan nantinya dalam industrial research sehingga mendorong adanya integrasi antara pendidikan tinggi, kegiatan R&D dan industri.  Hal tersebut menimbulkan adanya technopole, yaitu pusat-pusat perkembangan yang terdiri dari universitas, lembaga riset dan industri disekelilingnya, dimana terdapat kerjasama yang erat dan saling menguntungkan. Technopole-technopole tersebut tersebar di seluruh dunia seperti di Perancis, Jepang, Amerika, Jerman dan banyak negara lain. Contoh technopole yang ada adalah, Silicon Valley, Standford Research Park dan banyak lagi di Amerika atau yang paling dekat dengan Indonesia tentu saja, Singapore Science Park

Dengan technopole tersebut maka industri memanfaatkan sumber daya intelektual universitas serta lembaga R&D, sebaliknya industri dapat menyalurkan dana ke universitas dan lembaga R&D. Dan pemerintah dapat memusatkan pembiayaan kepada disiplin ilmu dasar atau ilmu-ilmu yang tidak langsung berhubungan dengan industri.

Setelah lebih dari 20 tahun diungkapkan, sepertinya cita-cita Indonesia memiliki technopole yang berkontribusi pada perkembangan Indonesia, bahkan menarik perusahaan asing untuk memiliki R&D di Indonesia belum terwujud. Meski demikian, usaha mewujudkan Science Park sudah ada, contohnya dengan PUSPITEK. Namun menurut pandangan saya, PUSPITEK yang ada pun terkesan terisolasi dari dunia luar karena jauh dari universitas maupun industri dan kurang menginformasikan hasil karyanya kepada khalayak ramai. Kegiatan penelitian yang ada seolah hanya untuk kesenangan pribadi peneliti dan sekedar penelitian penghasil paper atau jurnal ilmiah yang hasilnya tidak dapat langsung dirasakan masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Masih jauh rasanya kita bisa mengejar Singapore Science Park yang berisi R&D perusahaan asing seperti Sony, Exxon Chemical, Silicon Graphics dan Western Digital.

Model Arah Pengembangan Teknologi dan Dampaknya (oleh Prof. Astrid S. Susanto)

Menurut Prof. Astrid S. Susanto[3] dalam modelnya di buku ini, ketika universitas berfokus pada pengembangan teknologi yang bertujuan berkontribusi baik dari segi sosial dan ekonomi, maka hal tersebut akan mengarah pada kesejahteraan. Meskipun tidak dijelaskan secara lebih lanjut, saya setuju dengan hal tersebut. Penelitian yang berdasarkan kebutuhan masyarakat (segi sosial) atau potensi pasar (segi ekonomi) akan menciptakan produk yang dapat diterima masyarakat dan dikomersialisasikan. Produk akhir yang diterima dan bermanfaat bagi masyarakat tentunya akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu hasil dari komersialisasi tersebut nantinya dapat terus digunakan untuk proses pengembangan dan penelitian berkelanjutan dari suatu teknologi. Dengan adanya hubungan berkelanjutan antara penelitian, kebutuhan masyarakat, dan proses keekonomian maka secara berkala akan menciptakan peningkatan kualitas hidup masyarakat serta kualitas inovasi teknologi Indonesia.

Indonesia dan ITB khususnya saat ini mempunyai peluang untuk bergerak lebih lanjut ke arah Technopole dan Science Park tersebut. Perkembangan kegiatan entepreneurship yang didukung oleh berbagai pihak dalam bentuk dana dan pelatihan apabila dimanfaatkan dengan baik dan mengarahkannya ke Technopreneurship maka Science Park atau dengan cita-cita yang lebih tinggi yakni Silicon Valley Indonesia yang bermanfaat bagi masyarakat dan ekonomi bangsa bukan sebuah isapan jempol belaka.

Apabila hal tersebut dapat tercapai, maka terwujudlah apa yang dikatakan Multatuli: ". . . . . kepulauan Nusantara yang tersebar di khatulistiwa bagaikan zamrud terlepas dari untaiannya"


footnote:
[1] Mantan Rektor ITB periode 1977-1978. Dikenal juga sebagai Bapak sistem komunikasi satelit domestik palapa.
[2] Guru Besar Geofisika Terapan ITB, salah satu pencetus berdirinya program studi Geofisika.
[3] Profesor Komunikasi dan Perkembangan Sosiologi Universitas Indonesia.

Kamis, 16 Februari 2012

Happy Innovator Month

Banyak orang berkata bahwa Februari adalah bulan cinta karena ada hari valentine. Bahkan tempat-tempat perbelanjaan juga tidak mau ketinggalan dan menghiasi mall dengan berbagai pernak-pernik serba pink. Tapi bagi saya, Februari adalah bulan inovasi. Kenapa bulan inovasi? Well, itu karena salah satu penemu hebat dunia, Thomas Alva Edison lahir 165 tahun yang lalu tepatnya pada 11 Februari 1847. Tentunya hampir semua orang mengenalnya karena penemuannya yang luar biasa, bola lampu.

Thomas Alva Edison
Selain bola lampu, dia juga menemukan ratusan hal lain seperti mikrofon karbon untuk telepon dan juga perekam suara pertama. Dia juga merupakan pengusaha yang sukses. Mungkin dialah role technopreneur yang patut dicontoh. Dia menjual penemuannya dan sekaligus memproduksi alat-alat hasil temuannya. Dia menyempurnakan telepon, menjual mesin telegram bahkan menjadi penemu pertama yang memiliki pembangkit listrik di kota New York. Bahkan salah satu perusahaannya masih tetap berdiri hingga sekarang dan berumur lebih dari 130 tahun, yaitu General Electric, yang pada awalnya sempat bernama Edison General Electric.

Tidak hanya itu, buku diary milik Edison juga mengungkapkan pemikiran-pemikirannya mengenai alat unik yang dipandang dibutuhkan mendahului zamannya. Beberapa contohnya adalah piano elektrik, sutra buatan dan bahkan tinta untuk orang buta. Berikut beberapa daftar "To Do List" dari Edison.




Dan bagi yang merayakan valentine dan menjadikan Februari sebagai bulan kasih sayang. Tahukah kamu kalau adegan ciuman pertama di layar yang direkam merupakan hasil produksi dari  Edison's Black Maria studio di West Orange, New Jersey dan adegan tersebut diarahkan oleh Thomas Alva Edison.



I find out what the world needs. Then, I go ahead and invent it.
-Thomas A. Edison-
Happy Innovator Month ^__^

Selasa, 31 Januari 2012

E-Doctor Pemerata Akses Pelayanan Kesehatan

Akses pelayanan kesehatan menjadi salah satu permasalahan yang unik di Indonesia. Di satu sisi terdapat ketidakmerataan pelayanan kesehatan hingga pelosok daerah. Ketidakmerataan tersebut salah satunya dapat terjadi karena masih kurangnya tenaga medis di Indonesia. Di sisi lain, kehidupan masyarakat perkotaan kadang lebih mementingkan menyelesaikan pekerjaan dibandingkan memeriksa kesehatan. Bagi masyarakat perkotaan, menemui dokter atau memeriksa kesehatan seringkali merupakan jalan terakhir apabila penyakit yang dirasakan sudah cukup parah atau diderita dalam waktu lama. Hal ini disebabkan karena menemui dokter akan memakan waktu dan menghambat pekerjaan. Untuk itulah diperlukan sebuah solusi agar pelayanan kesehatan dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, tanpa terbatas ruang dan waktu. Solusi tersebut salah satunya dengan program E-Doctor atau Electronic Doctor. E-Doctor bertujuan agar setiap masyarakat dapat mendapat pelayaan measyarakat tanpa berhadapan dengan tenaga medis secara langsung.
E-Doctor
-just because you're not sick, doesn't mean you're healthy-
Seiring dengan perkembangan alat kesehatan yang semakin kecil dan portable memungkinkan masyarakat melakukan pemeriksaan awal terbatas terhadap kondisi kesehatan tanpa harus menemui tenaga medis. Hal ini juga didukung oleh perkembangan teknologi informasi dan akses internet yang semakin meluas di kalangan  masyarakat. Dengan integrasi antara pelayanan kesehatan dengan teknologi informasi yang mendukung program E-Doctor, akses kesehatan diharapkan akan menjadi lebih baik dan merata.

Bagi masyarakat pedesaan, dengan adanya E-Doctor, masyarakat dapat memeriksakan diri dengan alat medik portabel di puskesmas-puskesmas, petugas puskesmas selanjutnya mengirimkan hasil pemeriksaan bahkan ke dokter spesialis yang terdapat di kota besar. Hasil tersebut nantinya akan dikembalikan berupa hasil diagnosa dan resep obat yang diperlukan. Dengan adanya hal tersebut maka masyarakat pedesaan akan mendapat pendapat tenaga ahli yang sama yang biasa didapatkan masyarakat perkotaan. 

Bagi masyarakat perkotaan, adanya E-Doctor, maka setiap orang dapat memeriksakan dirinya sendiri dan melakukan konsultasi online dengan tenaga medik yang tersedia. Konsultasi online dapat berupa pengiriman data gejala seperti tekanan darah, temperatur dan sebagainya dari alat medik portable yang selanjutnya didiagnosa. Maupun dengan video conference berupa konsultasi tatap muka secara online. Hal tersebut menjadikan konsultasi dengan tenaga medis tidak lagi memakan waktu yang tidak perlu seperti menunggu antrian dan sebagainya. E-Doctor juga mendukung masyarakat perkotaan untuk berkonsultasi dikala senggang.

Akses kesehatan yang merata merupakan hak setiap warga negara. Dengan adanya program E-Doctor, diharapkan pelayanan kesehatan dapat menjangkau masyarakat yang lebih jauh dan memberikan level pelayanan yang sama dimanapun dan kapanpun.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tulisan ini juga diikutsertakan dalam Philips '+' Project



Senin, 15 Maret 2010

Kick Andy edisi minggu ini, Jumat, 19 Maret 2010 21:30:00 Wib di Metro TV

Notes ini merupakan sebuah ajakan untuk merenung dan menonton acara Kick Andy edisi minggu ini, Jumat, 19 Maret 2010 21:30:00 Wib di Metro TV. Berikut sdikit gambaran mengenai yang akan dibahas.
===================================================================


Banyak jalan menuju Roma, hal ini lah yang diyakini para nara sumber Kick Andy kali ini dalam mengejar mimpinya. Misalnya kisah Winarno, seorang anak yang lahir dari keluarga miskin. Ayahnya seorang informan polisi yang tidak lulus SD dan ibunya seorang tukang pijat yang buta huruf.

Masa sekolah dan kuliah Winarno identik dengan perjuangan keras, dari urusan biaya, fasilitas untuk bersekolah, hingga transfortasi yang cukup jauh. Satu prinsip kuat yang ia yakini saat itu adalah, kalau pintar pasti bisa berhasil. Maka ia pun memompa semangatnya untuk bisa meraih nilai tertinggi. Untuk urusan kuliah, ia menemukan taktik untuk bisa memperoleh sekolah gratis.

Dari seluruh perjuangannya, Winarno kini sudah meraih gelar professor untuk bidang ilmu dan teknologi pangan. Di usianya yang sudah berkepala tujuh, ia masih aktif sebagai Rektor di Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta.

Kisah Basuki asal Sragen, lain lagi. Sejak kecil ia disibukan dengan urusan membantu perekonomian keluarga dari mulai jualan kantong plastik, semir sepatu, atau ngojek paying saat hujan. Kala itu keluarga mereka hijrah ke Ibukota untuk meningkatkan taraf hidup dan malangnya, tidak berhasil. PHK yang menimpa ayahnya, kemudian memaksa keluarga ini kembali ke kota asal mereka, Sragen.

Menjelang masa kuliah, Basuki mulai merambah usaha baru, yakni jadi loper koran. Jadi masa kuliah pun ia jalani sambil berjualan koran dan di waktu luang jadi pedagang asongan.

Pada Januari 2010 lalu, Basuki mendapatkan pengukuhan gelar Doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Indonesia. Dan kini tercatat sebagai dosen di Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta.

Dari Yogakarta, ada kisah menarik milik Purwadi. Putra pasangan Ridjan dan Yatinem ini harus bekerja keras sejak kecil agar bisa meneruskan sekolahnya hingga ke bangku kuliah. Ayahnya seorang buruh tani dan ibunya yang penjual bakul sayur, tak memiliki kemampuan ekonomi yang cukup untuk membiayainya.

Alhasil Purwadi harus pintar-pintar mencari cara. Masa kuliah ia berjualan kantung gandum, menjual majalah bekas, hingga memberi les gamelan. Untuk mengirit biaya buku dan makanan, ia memiliki trik trik khusus semasa kuliah. Perjuangan yang tak kenal lelah telah mengantar Purwadi meraih gelar Doktor Filsafat dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Anda mengenal Saldi Isra? Seorang Ahli Hukum Tata Negara yang cukup menonjol di tanah air. Di usianya yang ke 42 tahun, ia sudah menyandang gelar Profesor Doktor. Tahukah anda Saldi Isra lahir dari keluarga seperti apa?

“Orang tua saya petani yang buta hurup, dan masa sekolah saya harus dilakukan sambil membantu orang tua membajak sawah,” katanya saat tampil di Kick Andy.

Kisah yang penuh spirit juga hadir dari seorang dokter bedah syaraf kaliber dunia, Eka Julianta. Dokter yang telah berhasi melakukan banyak operasi otak dan batang otak ini, kini sering mendapat undangan untuk melakukan presentasi di berbagai Fakultas kedokteran dan symposium di berbagai Negara baik Asia, Afrika, Eropa dan Amerika.

Tapi tahukah anda, bahwa perjuangan Eka, untuk mengejar mimpi dan mewujudkan cita-citanya sebagai dokter, dimulai dengan membantu ibunya menumbuk singkong getuk, dan menjajakannya di sekolah.

Inilah episode yang akan mengajak kita semua untuk belajar pada pengalaman orang-orang yang berhasil. Pengalaman yang telah membawa bukti bahwa kemiskinan bukanlah halangan untuk mengejar mimpi dan mewujudkan apa yang kita cita-citakan. Selamat menyaksikan.

http://kickandy.com/theshow/2010/03/19/1846/1/1/1/-MENGEJAR-MIMPI
===================================================================

Kita merupakan sebagian orang yang sangat beruntung, bisa mencapai jenjang pendidikan sampai tingkat ini, tingkat dimana tak setiap orang di Indonesia bisa untuk merasakannya. Sebagian besar dari kita dapat mencapai titik ini dengan perjuangan yang tidak seberat orang-orang yang jauh lebih tidak beruntung. Bahkan sampai saat ini,cerita seperti "Laskar Pelangi" yang harus berjuang demi pendidikan masih terjadi dibanyak bagian Indonesia, mulai dari SD dibalik gunung sampai daerah sekitar tempat tinggal kita.

Divisi PM-HMFT berencana untuk mengadakan program "Kakak Asuh" yang akan membantu untuk mengajar bagi anak-anak usia SD maupun anak-anak jalanan bekerja sama dengan "Yayasan Air", kita akan melakukan pengajaran mengenai pelajaran sekolah, bermain bersama dan juga mencanangkan pemberian Beasiswa bagi yang membutuhkan. Untuk itu,kami mengajak teman-teman untuk berpartisipasi di dalamnya.

Program ini diadakan agar semakin banyak anak bangsa yang peduli sesama. Semakin banyak anak bangsa yang berani bermimpi dan berusaha untuk mengejar mimpinya.

Demi Indonesia yang sejahtera.
Demi Garuda yang perkasa.

Vivat FT!

Jumat, 26 Juni 2009

Renungan Dari Debat Capres

[copy of my own facebook note]
25 june at 9:44pm

Mendengar sebuah pernyataan yang agak menggelitik ketika debat capres malam ini.

"Makanya untuk menambah tenaga kerja terlatih nanti kita buat supaya jumlah SMK lebih banyak daripada SMA, sehingga jumlah tenaga kerja terlatih bisa lebih banyak dan mengurangi pengangguran", kata SBY.

Mungkin memang lebih baik bila kita bandingkan, daripada lulusan SMA berjumlah banyak tapi banyak juga yang menganggur lebih baik banyak lulusan SMK tapi bekerja dan tidak menganggur. Istilah lain mungkin sebagai buruh terdidik.

Tapi agak mengerikan bila membayangkan nanti akan lebih banyak lulusan SMK dibanding SMA, dan hanya menjadi buruh terdidik. Bayangkan saja bila semua orang Indonesia memang bekerja, tidak ada yang menganggur, tapi sebagai buruh terdidik. Di sisi lain, atasan atau pemilik bisnisnya adalah orang-orang asing.

=========

"Jangan sekali-kali melupakan sejarah", kata Bung Karno. Di sisi lain ada pepatah mengatakan, "sejarah akan selalu berulang". Lalu apa yang akan kita lihat di Indonesia saat 5, 10 atau mungkin 15 tahun mendatang? Menjadi buruh ahli di bawah pengawasan asing? Lalu apa bedanya dengan ratusan tahun lalu ketika VOC memperbudak rakyat Indonesia? Miris memang membayangkannya. Bila dilihat, memang tidak salah ketika Amien Rais dalam bukunya, SELAMATKAN INDONESIA, mengatakan bahwa mental sebagian besar penduduk Indonesia saat ini adalah mental inlander , mental buruh atau budak, sehingga kita harus mengubah mental itu.

=========

Teringat sebuah puisi dari W.S Rendra, yang saya tahu dari seorang senior yang sangat dekat, puisi tentang pendidikan yang menurut saya ketika dipikirkan memang ada kebenaran yang sulit kita ingkari. Bahkan mungkin sebagian dari kita justru pernah memimpikan sesuatu yang menjadi ironi tersebut.


=========


Puisi W. S. Rendra tentang Pendidikan

Aku bertanya,

Apakah gunanya pendidikan,

bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya?

Apakah gunanya pendidikan,

bila hanya mendorong seseorang menjadi layang-layang ibu kota, sekrup-sekrup di Schlumberger, Freeport, dan sebagainya,

kikuk pulang ke daerahnya?

Apakah gunanya seseorang,

belajar teknik, kedokteran, filsafat, sastra, atau apa saja,

ketika ia pulang ke rumahnya, lalu berkata,

Di sini aku merasa asing dan sepi

Sabtu, 06 Juni 2009

Memperingati Hari Lahir Soekarno


Pada tanggal yang sama, hari ini 6 juni, 108 tahun yang lalu lahir seorang tokoh besar di bumi Indonesia. Soekarno. Seorang pemikir dan orator ulung yang pada tahun 1920 menjalani pendidikan di ITB (dulu Technische Hoge School). Seorang alumni yang pantas ditiru dan namanya diabadikan di sebuah tugu di dalam kampus ITB.
Seorang yang sikap dan pemikirannya patut dicontoh. Seorang yang semangatnya harus dimiliki oleh setiap pemuda di Indonesia.

"Beri aku 100 org tua, saya bersama mereka kiranya dapat memindahkan gunung, tapi apabila saya diberi 10 orang pemuda yang BERSEMANGAT DAN BERAPI-API kecintaannya pada bangsa dan tanah air tumpah darahnya. Saya akan dapat menggetarkan DUNIA"(Soekarno)

Bakti kami untuk Mu
Tuhan
Bangsa
dan
Almamater
MERDEKA!!

Minggu, 29 Maret 2009

Kegalauan Hati Untuk Negeri

-----
Alkisah, satu waktu terbaring seorang pemuda yang sekarat. Ia tak dapat berbuat apa-apa dan hanya terbaring menunggu ajal menjemput. Suatu saat, datanglah tabib ke desa pemuda tersebut, mendengar ada yang terbaring sakit, maka tabib itu langsung datang dan berusaha menyembuhkan pemuda malang tersebut. Singkat cerita, pemuda tersebut berhasil disembuhkan.

Pemuda itu pun bertanya, "Wahai tabib, kau sangat hebat. Aku ingin menjadi seperti mu. Menjadi tabib terhebat di seluruh negeri, bahkan di seluruh dunia ini !!"

Sang tabib tersenyum bijak dan berkata "Itu niat yang sangat baik. Tapi aku belumlah sempurna. Bila kau mau, aku akan ceritakan mengenai tabib terhebat."

Tanpa ragu, sang pemuda pun menjawab "Ceritakanlah."

"Tabib terhebat adalah seorang tabib yang tahu akan suatu penyakit sebelum ada seorang pun yang terkena penyakit tersebut. Tabib terhebat adalah tabib yang dapat menemukan obat dari suatu penyakit bahkan sebelum orang lain tahu bahwa penyakit tersebut ada", kata sang tabib dengan tegasnya.

------


Sahabat, kadang kita lupa bahwa dunia akan terus berjalan meskipun kita telah tiada.

Kadang hal yang kita pikirkan adalah sesuatu yang ada di hadapan kita, tanpa memikirkan akan masa mendatang.

Jalani hidup seperti biasa, apa yang datang maka itu yang kita perbuat, tanpa berpikir tentang masa depan.

Indonesia, menurut penulis, kurang memeperhatikan masa depan. Ambillah contoh, tragedi Situ Gintung. Bertahun-tahun lalu luas waduk atau daerah resapan itu adalah 31 hektar. Saat ini, berkurang jauh hingga hanya 21 hektar. Banyak daerah pinggiran Situ Gintung sudah berubah menjadi perumahan. Beberapa warga yang ditanya memang mengerti bahwa seharusnya tidak boleh membangun rumah di tempat tersebut. Tetapi karena dari pemerintah daerah memperbolehkan, maka mereka dengan senang hati mendirikan rumah di sana.

Baru saat ini, begitu bencana terjadi maka beberapa orang baru menyadari kesalahannya. Beberapa orang dari lingkungan hidup juga baru angkat bicara tentang daerah resapan di sekeliling sungai maupun danau.

Di mana pun itu, di Indonesia, saya rasa Indonesia kurang memiliki pemikiran jangka panjang. Baik dalam hal lingkungan hidup maupun hal lain. Dalam ekonomi juga contoh penjualan saham Indosat yang akhirnya ketika mau dibeli kembali, kita tak bisa melakukannya. Padahal jika dibandingkan, harga jual saham Indosat saat itu labih murah dibanding keuntunga yang didapat Indonesia bila saat itu saham tersebut dipertahankan.

Kapan bangsa ini bisa maju bila bangsa ini terus menerus terhambat dari kesalahan-kesalahan masa lalu.

Berapa lagi nyawa yang harus hilang karena kita hanya menghadapi kenyataan saat ini tanpa memikirkan akibat di masa mendatang?

Berapa milyar, berapa trilyun rupiah lagi yang harus masuk daftar kerugian bangsa karena kita hanya berpikir dangkal untuk menyelesaikan masalah secara cepat?

Kapan bangsa Indonesia dapat berpikir seperti seorang tabib terhebat, sesosok pribadi yang Visioner, tidak berpikiran dangkal dan memikirkan akibat atau kegunaan yang dapat diambil di masa mendatang.