Tampilkan postingan dengan label Indonesiaku Indonesiamu dan Indonesia kita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indonesiaku Indonesiamu dan Indonesia kita. Tampilkan semua postingan

Selasa, 24 Juli 2012

Menggugat Kembali Hak Anak

Selamat hari anak nasional, ya, tanggal 23 Juli adalah hari anak nasional. Satu hari yang diletakkan di kalender nasional yang menunjukkan arti penting seorang anak bagi satu negara. Calon-calon pemimpin bangsa yang pada gilirannya akan menjadi pewaris peradaban dan membawa tongkat estafet pembagunan. Namun yang terjadi saat ini justru sebaliknya, kian hari eksistensi dukungan terhadap perkembangan kehidupan anak justru semakin menipis. Menipisnya dukungan tersebut jangan dikira sekedar isapan jempol belaka. Sepanjang 2012 tercatat 20 anak bunuh diri dan KomNas Perlindungan Hak Anak bahkan mencatat terdapat 686 jumlah pelanggaran, diantaranya terdapat 42 kasus pembuangan dan penelantaran anak. 

Menipisnya dukungan terhadap hak anak juga terjadi di bidang pendidikan. Ya, pendidikan, pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu elemen terpenting dalam suatu negara. Bagi level atas, pendidikan merupakan unsur yang menjaga agar suatu bangsa dan negara tetap kompetitif di persaingan global. Dan di level yang lebih membumi, pendidikan merupakan pemutus rantai siklus kemiskinan. 

Aspek yang begitu penting ini justru semakin hari kian tidak diperhatikan dan mengarah ke arah komersialisasi. Lihat saja contohnya, RUU PTN yang menimbulkan kontroversi yang dipandang akan meningkatkan lagi biaya pendidikan tinggi yang sudah mahal. Gugatan berbagai pihak tak dihiraukan dan tak menghentikan pengesahan RUU ini.

Bahkan dari aspek pendukung pendidikan di kehidupan sehari-hari seperti televisi semakin menjauh dari unsur mendidik. Tayangan televisi tidak lagi memperhatikan unsur pendidikan anak dan didominasi acara hiburan yang bahkan pembawa acaranya mencontohkan tindak kekerasan atau saling mencemo'oh. Rindu rasanya menyaksikan kartun di pagi hari, acara kuis-kuis yang mendidik seperti Digital LG Prima atau acara debat dan diskusi antar pelajar yang dulu tidak hanya disiarkan oleh TVRI.

Atau tak usah lah kita pikir tentang uang kuliah, tak usah kita pikir tentang tayangan pendidikan. Banyak anak justru kesulitan atau bahkan tidak bisa mengenyam pendidikan mulai dari tingkat dasar. Lihat saja bagaimana anak-anak sekolah ini harus mempertaruhkan nyawa untuk pergi ke sekolah.

"Jembatan" tali di Lebak (Reuters/Beawiharta Photo)

Bila tidak melewati jembatan, maka pelajar harus memutar dan berangkat pukul 4 pagi. (Reuters/Beawiharta Photo)
Masih banyak daftar panjang carut marut pendidikan, seperti insfrastruktur sekolah yang rusak, atau bahkan yang paling baru adalah penggusuran sekolah gratis, Sekolah Darurat Kartini, yang sudah dibuka dari 1990  bukan berasal dari dukungan pemerintah, tapi jiwa sosial dua bersaudara kembar, Sri Rossyati (63) dan Sri Irianingsih (63), sekolah tersebut gratis, bahkan alat-alat sekolah hingga seragam pun diberikan secara cuma-cuma. Ya, memang itu bukan lahan resmi milik mereka dan "meminjam" kolong jembatan seadanya yang merupakan tanah PT. KAI. Namun hal ini menunjukkan kurangnya partisipasi pemerintah dalam hal pendidikan dan bagaimana bidang pendidikan masih menunggu jiwa-jiwa sosial kita yang pada suatu saat, penghalang pendidikan tersebut justru datang dari pemerintah. Ibarat kata, pemerintah datang tanpa diundang, menyuruh pergi  tanpa solusi.

Sekolah Darurat Kartini


Kurangnya perhatian terhadap pendidikan anak akan berimbas pada meningkatnya pengangguran tidak terdidik dan tidak memiliki keahlian yang cukup yang nantinya berefek pada tingkat kriminalitas, kemiskinan dan lain sebagainya. 
"He/She who opens a school door, closes a prison" (Victor Hugo, sastrawan Perancis)
Kita patut bersyukur masih ada yang berusaha seperti Sri Rossyati (63) dan Sri Irianingsih (63) yang mendirikan sekolah tersebut, atau orang-orang lain di negeri ini yang berjuang di bidang pendidikan terlepas dari kurangnya dukungan dari komponen-komponen lain di negeri ini. Tidak terbayang berapa banyak "Budi kecil" seperti di lagu Sore Tugu Pancoran karya Iwan Fals yang ada di negeri ini.



Sudah saatnya kita menanyakan kembali bahkan menggugat hak anak terutama dalam hal pendidikan. Hak dari calon pewaris peradaban dan calon pembawa tongkat estafet pembagunan, yang merupakan kewajiban dari pembawa estafet pembangunan dan pemimpin bangsa saat ini.

Rabu, 16 Mei 2012

Becak, Beda Negeri Beda Rejeki

Ada perasaan aneh menggelitik ketika menyaksikan liputan dari VOAIndonesia mengenai Tur Becak di New York (12.05.2012). Liputan tersebut menceritakan kehidupan penarik becak di New York dan bagaimana kegiatan mereka di salah satu kota tersibuk di Amerika. Begitu berbedanya nasib maupun perlakuan terhadap penarik becak antara di New York dan di Indonesia. Berikut liputan singkatnya.


 Menggelitik bukan? Penarik becak di New York tersebut memilih untuk menjadi penarik becak sedangkan di Indonesia sebagian menjadi penarik becak karena tidak ada pilihan. Simak saja penarik becak asal New York, Frankie Legarreta yang mengatakan, “Begitu saya memulai pekerjaan ini saya pikir ini adalah cara yang hebat untuk mencari nafkah. Dengan cara ini saya bisa bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang dari seluruh pelosok dunia.” Menarik bukan? Selain itu becak tidak hanya sebagai sarana transportasi, namun becak juga sebagai media penarik wisatawan mancanegara untuk berkeliling di "The Big Apple", New York. Frankie dalam wawancara tersebut menambahkan selama tubuhnya tetap sehat, dia akan baik-baik saja menjadi pengemudi becak merangkap sebagai pemandu wisata bagi para wisatawan yang menumpang becaknya selama beberapa dekade lagi

Becak Malam Hari di New York
Kisah Penarik Becak di New York

Lain di New York lain pula di Indonesia, New York sebagai salah satu kota besar dan sibuk, masih mengizinkan becak untuk tetap beroperasi di tengah kota. Di Indonesia sendiri jumlah becak semakin berkurang, bahkan di Jakarta, becak sudah mulai dilarang beroperasi sejak awal tahun 1990. Alasan utama pelarangan tersebut antara lain adalah becak disebut sebagai "eksploitasi manusia atas manusia". Selain itu becak dipandang lamban sehingga menyebabkan kemacetan dan tidak enak dipandang mata akibat armada becak yang terkesan kotor dan kumuh.
Penertiban Becak
Becak adalah satu satu warisan budaya sosial dalam masyarakat Indonesia. Sejarah becak di Indonesia sendiri sudah berlangsung sejak 1930 mulai dari Batavia lalu berkembang sampai Surabaya. Sudah sepatutnya budaya becak tetap dilestarikan dan jangan dibiarkan mati perlahan. Bahkan di New York terdapat  asosiasi pemilik becak yang didirikan oleh para penarik becak yang ada di kota tersebut. Asosiasi tersebut bahkan menerbitkan panduan bagi pemilik becak dalam bentuk e-book yang berisi aturan dan himbauan dalam berbecak ria di New York. Hal yang membangun seperti itulah yang patut ditiru, bukan sekedar kebijakan pembatasan yang pada akhirnya berujung pada kematian warisan budaya.

Razia Becak di Surabaya
Alasan utama mengapa becak dilarang adalah kemacetan. Beberapa pihak mengatakan bahwa becak cenderung lambat sehingga menimbulkan kemacetan. Tapi hal tersebut pernah coba dibuktikan dengan lomba adu cepat antara taksi dan becak di tengah kota New York. Siapakah pemenangnya? Simaklah video berikut ini.


Yap, becak lah pemenangnya. Selain lebih cepat, becak juga tidak membakar BBM dan tidak mengeluarkan emisi gas buang sehingga lebih ramah lingkungan. Lebih cepat, ramah lingkungan, melestarikan warisan budaya, menarik wisatawan, dan menyehatkan bagi penariknya. Becak, kenapa tidak? 



Kamis, 26 April 2012

Kurangnya Dukungan Energi Surya Untuk Indonesia


Saya tergugah ketika membaca artikel VOA Indonesia yang berjudul Pemanfaatan Energi Surya di Kota New York (23.04.2012). Artikel tersebut berisi mengenai inisiatif walikota New York untuk mendukung penggunaan energi surya sebagai sumber energi bersih di kota tersebut.Walikota Michael Bloomberg dalam konferensi persnya mengumumkan instalasi panel-panel surya di sepuluh bangunan sebagai bagian dari program percontohan. Dukungan penggunaan energi surya tersebut juga ditunjukkan dengan adanya keringanan pajak negara bagian dan federal, serta pemotongan biaya. 

Jack Hidary, pendiri Samba Energi, mengatakan bahwa data menunjukkan instalasi tenaga surya di Amerika telah meningkat sepuluh kali lipat sejak tahun 2009, dan harganya terus menurun karena teknologi semakin efisien dan teknik instalasinya terus berkembang. Dia mencatat bahwa sel-sel surya yang dipasang di rumah saudara laki-lakinya ternyata dapat mengumpulkan energi lebih banyak dari kebutuhan keluarga tersebut.

Artikel tersebut tentunya menimbulkan pertanyaan, bagaimana dengan Indonesia? Padahal Amerika Serikat dan negara-negara Eropa memiliki letak yang jauh dari khatulistiwa. Hal itu membuat pendeknya durasi paparan maksimal dari sinar matahari. 

Rotasi Bumi dan Pengaruh Terhadap Posisi Matahari
Negara tropis lebih lama mendapatkan sinar matahari dengan yang tidak jauh berbeda sepanjang tahun. Berbeda dengan negara subtropis yang ada waktu tertentu, intensitas sinar matahari yang diterima turun drastis, seperti pada saat musim dingin.  Namun hal itu tidak menyurutkan semangat negara-negara tersebut untuk mengembangkan dan menggunakan energi surya. Hal ini harusnya menjadi motivasi tersendiri bagi Indonesia yang memiliki potensi besar dalam energi surya.

Posisi Matahari dan Pengaruhnya pada Musim











Selama ini pemerintah lebih berfokus kepada masalah BBM, mengenai pembatasan penggunaan, pengurangan subsidi maupun konversi ke gas. Namun ada yang dilupakan, yakni potensi sumber-sumber energi terbarukan di Indonesia. Akan tetapi pemanfaatan energi terbarukan tersebut membutuhkan inisiatif dan dorongan dari pemerintah seperti yang dilakukan walikota New York tersebut. Pengurangan biaya serta pemotongan pajak bagi produk-produk energi terbarukan akan membuat investor dan pengusahan tertarik untuk mengembangkan dan menjual produk pendukung energi terbarukan. Selain itu, pengurangan pajak bagunan bagi pengguna energi alternatif selain dari sumber PLN akan membuat masyarakat tertarik untuk menggunakan energi alternatif seperti energi surya.

Selain itu, ada berita baik untuk Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia. Tidak semua instalasi panel surya harus dipasang di atas atap gedung. Dalam artikel VOA tersebut, Carlos Berger dari Solaire Voltaic, sebuah perusahaan kecil energi alternatif di Brooklyn, New York, baru-baru ini melapisi tembok luar bangunan dengan lapisan panel sel-sel surya yang tipis. Lapisan panel itu dibuat dari bahan dasar silikon yang transparan. 

Ini merupakan berita baik karena, berbeda dengan daerah lain di Indonesia, beban puncak di Jakarta justru berlangsung pada siang hari. Pada saat orang bekerja dan gedung perkantoran mengkonsumsi listrik untuk pendingin ruangan, lampu, komputer dan kegiatan perkantoran lainnya. Gedung perkantoran dengan belasan atau bahkan puluhan lantai memiliki bidang vertikal yang luas. Dengan memanfaatkan sel-sel surya pada bidang tersebut, tentunya hasil yang didapatkan akan jauh lebih besar dibanding hanya memasang sel surya di atap gedung. Hal tersebut pada gedung-gedung perkantoran di dunia. Salah satunya adalah CIS Office Building di Manchester.
 
Co-operative Insurance (CIS) Office Building di Manchester
Indonesia sebagai negara di garis khatulistiwa merupakan salah satu negara dengan potensi energi surya terbesar di dunia. Namun untuk mempercepat pengembangan dan penggunaan energi surya, tentunya itu memebutuhkan dukungan dari pihak-pihak terkait khususnya pemerintah. Potensi energi surya tanpa motivasi dan dukungan untuk mengembangkannya akan menjadi sia-sia. Potensi tanpa motivasi hanyalah kata-kata tak berisi.

Sabtu, 03 Maret 2012

53 Tahun ITB, Harapan yang Belum Terwujud

Tanggal 2 Maret 1959 merupakan peresmian pendirian ITB oleh Presiden Soekarno. Namun kampus ITB sejatinya sudah ada sejak zaman belanda atau tepatnya 3 Juli 1920 dengan nama Technische Hoogeschool et Bandung. Selama perjalanannya nama Technische Hoogeschool et Bandung terus berganti dari waktu ke waktu, bahkan menjadi terakhir menjadi Universitas Indonesia sebelum menjadi ITB. Ya, Universitas Indonesia, Kakek saya adalah salah satu alumni ITB ketika ITB masih bernama Fakultas Teknik Universitas Indonesia lengkap dengan lambang makaranya. Namun akhirnya ITB diresmikan dengan konsentrasi ilmu teknik dan Universitas Indonesia didirikan terpisah.

Cover Depan Buku 30 Tahun 

Saat saya tengah merapikan lemari buku, tak sengaja mata saya tertuju pada sebuah buku yang ternyata adalah buku peringatan 30 tahun ITB. Buku yang dibuat pada tahun 1989 dan diterbitkan tahun 1991 ini kurang lebih menceritakan pandangan akan kondisi Indonesia saat itu dan juga harapan serta perkiraan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni di Indonesia, khususnya melalui ITB pada jangka 20 hingga 25 tahun dari saat itu. Beberapa isu yang ada di dalamnya diantaranya adalah perkiraan tentang perkembangan teknologi nano yang kian pesat, bagaimana fase REPELITA selanjutnya (ya dengan asumsi Soeharto akan bertahan lama) dan kondisi perekonomian Indonesia di masa datang. Sudah 23 tahun berlalu sejak 1989, menarik rasanya melihat kebelakang dan bercermin apakah pandangan dan harapan yang ada telah tercapai.

Halaman Depan Buku 30 Tahun ITB
Satu hal yang sangat menarik perhatian saya adalah mengenai harapan bagaimana dunia pendidikan dan industri  dapat bekerja sama sehingga nantinya akan membangun perekonomian Indonesia. Menurut Prof. Iskandar Alisjahbana [1], ITB membutuhkan Industrial Park atau Science Park di dekat kampus. Industrial Park ini dimaksudkan untuk kemudahan pendirian industri-industri kecil yang bersifat pionir. Beliau berkata, "Alangkah indahnya kalau industri ini berasal dari kelanjutan penelitian dosen-dosennya". Ia mencontohkan dengan pendirian Science Park di Universitas Singapura (saat ini NUS) yang meski baru didirikan 7 tahun (berdiri pada 1982), Beliau langsung menyadari potensi dan dampak yang akan ditimbulkan di masa mendatang untuk Singapura dan tumbuhnya industri-industri high tech di negara tersebut. Saat ini Science Park tersebut terus berkembang dan bahkan pada tahun 2011, perusahaan pembuat Harddisk, Western Digital, juga  mendirikan pusat R&D di Singapore Science Park.

Kerjasama antar dunia pendidikan dan industri tersebut Prof. M. T. Zen[2] dalam buku ini, dapat terjadi akibat semakin besarnya biaya yang dibutuhkan nantinya dalam industrial research sehingga mendorong adanya integrasi antara pendidikan tinggi, kegiatan R&D dan industri.  Hal tersebut menimbulkan adanya technopole, yaitu pusat-pusat perkembangan yang terdiri dari universitas, lembaga riset dan industri disekelilingnya, dimana terdapat kerjasama yang erat dan saling menguntungkan. Technopole-technopole tersebut tersebar di seluruh dunia seperti di Perancis, Jepang, Amerika, Jerman dan banyak negara lain. Contoh technopole yang ada adalah, Silicon Valley, Standford Research Park dan banyak lagi di Amerika atau yang paling dekat dengan Indonesia tentu saja, Singapore Science Park

Dengan technopole tersebut maka industri memanfaatkan sumber daya intelektual universitas serta lembaga R&D, sebaliknya industri dapat menyalurkan dana ke universitas dan lembaga R&D. Dan pemerintah dapat memusatkan pembiayaan kepada disiplin ilmu dasar atau ilmu-ilmu yang tidak langsung berhubungan dengan industri.

Setelah lebih dari 20 tahun diungkapkan, sepertinya cita-cita Indonesia memiliki technopole yang berkontribusi pada perkembangan Indonesia, bahkan menarik perusahaan asing untuk memiliki R&D di Indonesia belum terwujud. Meski demikian, usaha mewujudkan Science Park sudah ada, contohnya dengan PUSPITEK. Namun menurut pandangan saya, PUSPITEK yang ada pun terkesan terisolasi dari dunia luar karena jauh dari universitas maupun industri dan kurang menginformasikan hasil karyanya kepada khalayak ramai. Kegiatan penelitian yang ada seolah hanya untuk kesenangan pribadi peneliti dan sekedar penelitian penghasil paper atau jurnal ilmiah yang hasilnya tidak dapat langsung dirasakan masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Masih jauh rasanya kita bisa mengejar Singapore Science Park yang berisi R&D perusahaan asing seperti Sony, Exxon Chemical, Silicon Graphics dan Western Digital.

Model Arah Pengembangan Teknologi dan Dampaknya (oleh Prof. Astrid S. Susanto)

Menurut Prof. Astrid S. Susanto[3] dalam modelnya di buku ini, ketika universitas berfokus pada pengembangan teknologi yang bertujuan berkontribusi baik dari segi sosial dan ekonomi, maka hal tersebut akan mengarah pada kesejahteraan. Meskipun tidak dijelaskan secara lebih lanjut, saya setuju dengan hal tersebut. Penelitian yang berdasarkan kebutuhan masyarakat (segi sosial) atau potensi pasar (segi ekonomi) akan menciptakan produk yang dapat diterima masyarakat dan dikomersialisasikan. Produk akhir yang diterima dan bermanfaat bagi masyarakat tentunya akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu hasil dari komersialisasi tersebut nantinya dapat terus digunakan untuk proses pengembangan dan penelitian berkelanjutan dari suatu teknologi. Dengan adanya hubungan berkelanjutan antara penelitian, kebutuhan masyarakat, dan proses keekonomian maka secara berkala akan menciptakan peningkatan kualitas hidup masyarakat serta kualitas inovasi teknologi Indonesia.

Indonesia dan ITB khususnya saat ini mempunyai peluang untuk bergerak lebih lanjut ke arah Technopole dan Science Park tersebut. Perkembangan kegiatan entepreneurship yang didukung oleh berbagai pihak dalam bentuk dana dan pelatihan apabila dimanfaatkan dengan baik dan mengarahkannya ke Technopreneurship maka Science Park atau dengan cita-cita yang lebih tinggi yakni Silicon Valley Indonesia yang bermanfaat bagi masyarakat dan ekonomi bangsa bukan sebuah isapan jempol belaka.

Apabila hal tersebut dapat tercapai, maka terwujudlah apa yang dikatakan Multatuli: ". . . . . kepulauan Nusantara yang tersebar di khatulistiwa bagaikan zamrud terlepas dari untaiannya"


footnote:
[1] Mantan Rektor ITB periode 1977-1978. Dikenal juga sebagai Bapak sistem komunikasi satelit domestik palapa.
[2] Guru Besar Geofisika Terapan ITB, salah satu pencetus berdirinya program studi Geofisika.
[3] Profesor Komunikasi dan Perkembangan Sosiologi Universitas Indonesia.

Kamis, 16 Februari 2012

Ketika Tuhan Bukan Lagi Ancaman

Akhir-akhir ini semakin ramai diberitakan proses hukum kasus Wisma Atlet yang melibatkan anggota DPR, Angelina Sondakh (Angie) dan berpotensi menyeret anggota Partai Demokrat lainnya. Hal ini menjadi sorotan publik tidak hanya dikarenakan jumlah uang yang berputar di dalamnya namun juga keterlibatan partai pemimpin negeri yang pada awal pemilihannya mengusung janji pemberantasan korupsi. Namun hal sangat disayangkan adalah adanya skenario dan "nyanyian" yang diperdendangkan di ruang pengadilan.

Keterlibatan Angie minimal disebut-sebut oleh 3 orang saksi, Nazarudin, Rosa dan Yulianis. Bahkan dalam persidangan dia membantah adanya komunikasi melalui BBM dan mengatakan baru mempunyai BlackBerry sejak akhir 2010. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, pasalnya penggunaan BlackBerry oleh Angie sempat terekam kamera pada tahun 2009.

Terlepas dari benar salah maupun pihak-pihak mana saja yang terlibat, kita semua meyebutkan sumpah ketika kita bersaksi di pengadilan. Tidak peduli apapun agama yang dianut, kita telah berjanji dan bersumpah demi agama kita untuk setiap kata yang terucap di pengadilan. Bukan hanya sanksi pengadilan bila terbukti memberi kesaksian palsu, namun setiap agama pasti mempunyai hukuman tersendiri akibat berbohong bahkan   di hadapan pengadilan. Dalam agama Islam sendiri, salah satu hukuman untuk sumpah palsu ditulis dalam surat Ali-Imran ayat 77

[3:77] Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.

Namun sepertinya itupun tidak cukup. Bukan hanya sanksi moral dan sanksi pengadilan, bahkan hukuman Tuhan pun sudah tidak lagi menjadi ancaman dalam berperilaku. Ketika para wakil rakyat tidak lagi memandang Tuhan sebagai ancaman, siapa lagi yang dapat kita percaya.

Minggu, 05 Juli 2009

Seuntai Kata


Satu kata terindah.....maaf
Dua kata terindah......terima kasih
Tiga kata terindah.....negriku dalam kesulitan
Empat kata terindah......negriku susah untuk berubah
Lima kata terindah......negriku butuh aku untuk berubah


Jumat, 26 Juni 2009

Renungan Dari Debat Capres

[copy of my own facebook note]
25 june at 9:44pm

Mendengar sebuah pernyataan yang agak menggelitik ketika debat capres malam ini.

"Makanya untuk menambah tenaga kerja terlatih nanti kita buat supaya jumlah SMK lebih banyak daripada SMA, sehingga jumlah tenaga kerja terlatih bisa lebih banyak dan mengurangi pengangguran", kata SBY.

Mungkin memang lebih baik bila kita bandingkan, daripada lulusan SMA berjumlah banyak tapi banyak juga yang menganggur lebih baik banyak lulusan SMK tapi bekerja dan tidak menganggur. Istilah lain mungkin sebagai buruh terdidik.

Tapi agak mengerikan bila membayangkan nanti akan lebih banyak lulusan SMK dibanding SMA, dan hanya menjadi buruh terdidik. Bayangkan saja bila semua orang Indonesia memang bekerja, tidak ada yang menganggur, tapi sebagai buruh terdidik. Di sisi lain, atasan atau pemilik bisnisnya adalah orang-orang asing.

=========

"Jangan sekali-kali melupakan sejarah", kata Bung Karno. Di sisi lain ada pepatah mengatakan, "sejarah akan selalu berulang". Lalu apa yang akan kita lihat di Indonesia saat 5, 10 atau mungkin 15 tahun mendatang? Menjadi buruh ahli di bawah pengawasan asing? Lalu apa bedanya dengan ratusan tahun lalu ketika VOC memperbudak rakyat Indonesia? Miris memang membayangkannya. Bila dilihat, memang tidak salah ketika Amien Rais dalam bukunya, SELAMATKAN INDONESIA, mengatakan bahwa mental sebagian besar penduduk Indonesia saat ini adalah mental inlander , mental buruh atau budak, sehingga kita harus mengubah mental itu.

=========

Teringat sebuah puisi dari W.S Rendra, yang saya tahu dari seorang senior yang sangat dekat, puisi tentang pendidikan yang menurut saya ketika dipikirkan memang ada kebenaran yang sulit kita ingkari. Bahkan mungkin sebagian dari kita justru pernah memimpikan sesuatu yang menjadi ironi tersebut.


=========


Puisi W. S. Rendra tentang Pendidikan

Aku bertanya,

Apakah gunanya pendidikan,

bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya?

Apakah gunanya pendidikan,

bila hanya mendorong seseorang menjadi layang-layang ibu kota, sekrup-sekrup di Schlumberger, Freeport, dan sebagainya,

kikuk pulang ke daerahnya?

Apakah gunanya seseorang,

belajar teknik, kedokteran, filsafat, sastra, atau apa saja,

ketika ia pulang ke rumahnya, lalu berkata,

Di sini aku merasa asing dan sepi

Minggu, 29 Maret 2009

Kegalauan Hati Untuk Negeri

-----
Alkisah, satu waktu terbaring seorang pemuda yang sekarat. Ia tak dapat berbuat apa-apa dan hanya terbaring menunggu ajal menjemput. Suatu saat, datanglah tabib ke desa pemuda tersebut, mendengar ada yang terbaring sakit, maka tabib itu langsung datang dan berusaha menyembuhkan pemuda malang tersebut. Singkat cerita, pemuda tersebut berhasil disembuhkan.

Pemuda itu pun bertanya, "Wahai tabib, kau sangat hebat. Aku ingin menjadi seperti mu. Menjadi tabib terhebat di seluruh negeri, bahkan di seluruh dunia ini !!"

Sang tabib tersenyum bijak dan berkata "Itu niat yang sangat baik. Tapi aku belumlah sempurna. Bila kau mau, aku akan ceritakan mengenai tabib terhebat."

Tanpa ragu, sang pemuda pun menjawab "Ceritakanlah."

"Tabib terhebat adalah seorang tabib yang tahu akan suatu penyakit sebelum ada seorang pun yang terkena penyakit tersebut. Tabib terhebat adalah tabib yang dapat menemukan obat dari suatu penyakit bahkan sebelum orang lain tahu bahwa penyakit tersebut ada", kata sang tabib dengan tegasnya.

------


Sahabat, kadang kita lupa bahwa dunia akan terus berjalan meskipun kita telah tiada.

Kadang hal yang kita pikirkan adalah sesuatu yang ada di hadapan kita, tanpa memikirkan akan masa mendatang.

Jalani hidup seperti biasa, apa yang datang maka itu yang kita perbuat, tanpa berpikir tentang masa depan.

Indonesia, menurut penulis, kurang memeperhatikan masa depan. Ambillah contoh, tragedi Situ Gintung. Bertahun-tahun lalu luas waduk atau daerah resapan itu adalah 31 hektar. Saat ini, berkurang jauh hingga hanya 21 hektar. Banyak daerah pinggiran Situ Gintung sudah berubah menjadi perumahan. Beberapa warga yang ditanya memang mengerti bahwa seharusnya tidak boleh membangun rumah di tempat tersebut. Tetapi karena dari pemerintah daerah memperbolehkan, maka mereka dengan senang hati mendirikan rumah di sana.

Baru saat ini, begitu bencana terjadi maka beberapa orang baru menyadari kesalahannya. Beberapa orang dari lingkungan hidup juga baru angkat bicara tentang daerah resapan di sekeliling sungai maupun danau.

Di mana pun itu, di Indonesia, saya rasa Indonesia kurang memiliki pemikiran jangka panjang. Baik dalam hal lingkungan hidup maupun hal lain. Dalam ekonomi juga contoh penjualan saham Indosat yang akhirnya ketika mau dibeli kembali, kita tak bisa melakukannya. Padahal jika dibandingkan, harga jual saham Indosat saat itu labih murah dibanding keuntunga yang didapat Indonesia bila saat itu saham tersebut dipertahankan.

Kapan bangsa ini bisa maju bila bangsa ini terus menerus terhambat dari kesalahan-kesalahan masa lalu.

Berapa lagi nyawa yang harus hilang karena kita hanya menghadapi kenyataan saat ini tanpa memikirkan akibat di masa mendatang?

Berapa milyar, berapa trilyun rupiah lagi yang harus masuk daftar kerugian bangsa karena kita hanya berpikir dangkal untuk menyelesaikan masalah secara cepat?

Kapan bangsa Indonesia dapat berpikir seperti seorang tabib terhebat, sesosok pribadi yang Visioner, tidak berpikiran dangkal dan memikirkan akibat atau kegunaan yang dapat diambil di masa mendatang.

Rabu, 11 Maret 2009

Puisi Tahi Kuda

Sewaktu malam penutupan dies emas ITB, dapat sebuah puisi bagus yang ditampilkan saat penampilan opera ganesha. Sebuah puisi yang seharusnya membuat kita sedih karena kenangan masa lalu dan bersemangat ketika membaca harapan untuk masa depan negeri ini. Begini bunyi puisinya.

Kisah Tahi Kuda ...

Tahi kuda ini punya cerita
Tentang bau amis darah seorang mahasiswa
Rene conrad namanya
Ditembak anak akpol putra pak jendral katanya
Tewas setelah main sepak bola
Tragedi yang menggoreskan luka antara kampus ganesha
dengan kelompok berseragam bersenjata

Tahi kuda ini pernah jadi saksi
Saat ia diinjaki ratusan prajurit Siliwangi
yang menghadang di boulevard
Disambut mahasiswa dengan barisan rantai manusia
Sambil menyanyikan ”Indonesia Raya”
Membuat beberapa prajurit meneteskan air mata dan bernyanyi bersama
Akhirnya mereka mundur atas perintah pak Himawan
Pangliwa Siliwangi yang kemudian diganti
Hanya karena dia punya hati...
( esoknya kampus diduduki dan rumah Pak Iskandar ditembaki oleh intel
suruhan Benny Moerdani )


Tahi kuda ini pernah meleleh
Oleh api bekas bakaran ban
Saat ditahun delapan sembilan
Mahasiswa menolak kedatangan mendagri
Yang mau ikut menceramahi
Para mahasiswa dan mahasisiwi
Dikiranya mereka juga pegawai negeri....

Tahi kuda ini juga pernah ikut tersenyum
Saat sepasang pemudi- pemuda
satu berjaket hijau satu berjaket biru
berjalan malu-malu
mau nonton ludruk dengan lakon yang lucu
sesudah itu berjanji seia-sekata
meskipun segera bubar setelah wisuda

Tahi kuda ini juga bisa bercerita
bahwa ia pernah merasakan bau sepatu para pemimpin negera
yang dulu sering begadang di laboratorium sampai larut malam
menguras semua ilmu dari para begawan
lalu menghabiskan malam mingguan di himpunan
makan indomie dari sarapan sampai pagi kemudian...

tapi kok ya negeri ini tidak juga beranjak lari
padahal banyak mentrinya merasa paling pinter sendiri
maklum, mantan putra-putri dan terbaik negeri ini

Dan tahi kuda ini pun juga bisa bersaksi
Saat si Bung berkata bahwa dia cukup punya sepuluh pemuda untuk
mengguncang dunia..
tentu dia sedang membayangkan para pemudi dan pemuda
putra Sang Ganesha .........


Jakarta February ’09

Jumat, 31 Oktober 2008

Kuliah Umum Bersama Arifin Panigoro

Kemarin hari yang sangat luar biasa, awalnya mau ikut responsi kuliah probabilitas & statistik, tapi setelah ke Salman dan ngobrol-ngobrol, justru akhirnya nyangkut di aula barat untuk dateng ke kuliah umum yang diisi Pak Arifin Panigoro. Judul kuliah umum tersebut "MEREBUT MASA DEPAN :Menyemai Energi, Pangan dan Pendidikan" . Judul yang sangat bersemangat kan ? Ini diadakan untuk memeperingati 80 tahun sumpah pemuda. Nah, sebelumnya bagi yang ngga tahu siapa beliau, berikut ada biografi singkatnya :
Nama :
Arifin Panigoro
Lahir:
Bandung, 14 Maret 1945
Agama:
Islam
Isteri:
Raisis A Panigoro
Anak:
Maera Hanafiah
Yaser Mairi
Pendidikan:
Lulusan Jurusan Elektro, Institut Teknologi Bandung, 1973
Mengikuti Senior Executive Programme Institute of Business Administration di Fountainebleau, Prancis yang dikoordinir oleh Kadin, 1979

Pengalaman Kerja :
:: PT Meta Epsi Duta Corporation (Komisaris Utama), sejak 1989
:: PT Inti Persada Multi Graha (Presiden Direktur), sejak 1994
:: PT Meta energi Petrasanga (Komisaris), sejak 1994
:: PT Energi Patranagari (Komisaris), sejak 1994
:: PT Apexindo Pratama Duta (Komisaris) sejak 1987
:: PT Citra Panji Manunggal (Komisaris Utama) sejak 1987
:: PT Meta Epsi Engineering (Komisaris Utama) sejak 1983
:: PT Meta Epsi Antareja Drilling Co.(Komisaris Utama) sejak 1983
:: PT Bina Karya Pariwisindo (Komisaris) sejak 1981
:: PT Meta Epsi Sarana Graha (Presiden Komisaris) sejak 1994
:: PT Meta Epsi Agro (Komisaris) sejak 1994

Nah, beliau paling dikenal sebagai pendiri MEDCO dan pernah menjadi orang terkaya no 14 pada tahun 2007 di Indonesia versi Forbes. Pembicara yang luar biasa bukan ??

Itu dari segi pembicara, dari segi isi, beliau sangat inspirasional. Berikut beberapa isi dari kuliah umum tersebut.
" Kalau diperhatikan, pertumbuhan mobil di Indonesia lebih besar dari pada negara sekitar, mungkin memang kebutuhannya begitu. Tetapi bila dilihat dari kondisi perkembangan infrastruktur dan sebagainya justru Indonesia masih tertinggal. Nah, kalau terus begini bagaimana nantinya ?"

--Wew, ga kebayang deh nantinya kalo banyak banget mobil di jalan sampai macet total dan meskipun banyak yang bermobil tapi golongan miskin juga terus berkembang makin banyak.

" Nah, faktanya, kita tiap bulan tuh harus impor minyak kurang lebih 350ribu barrel tiap bulan, dan itu menghabiskan sekitar SATU MILYAR DOLLAR tiap BULAN. Bayangkan kalo kita bisa menghemat itu dengan adanya etanol atau bahan bakar lainnya. Maka kita bisa save SATU MILYAR DOLLAR tiap BULAN"

--WOW, LUAR biasa. Hebat, mantap. Saya cuma bisa bengong, seandainya Pak Arifin Panigoro jadi presiden yang bisa mengeluarkan kebijakan macam-macam, saya rasa Indonesia bakal makmur.

"Tapi kok orang lain bilang, 'ngapain pak kita pake metanol atau etanol, Amerika aja belum berhasil, ntar aja kalo Amerika berhasil, kita ikutin'. Lha, saya justru bingung, amerika ya amerika, indonesia ya indonesia, ngapain kita nunggu-nunggu dari negara lain? Kita kalau mau berkembang kan harus mandiri"

--Betul Pak, kembalikan mereka ke jalan yang benar, jalan kemandirian. Hehehehehe

" Nah, ini saya ketemu sama daerah papua selatan, luasnya tuh hampir lebih besar dari pulau jawa, tapi yang ninggalin di sana cuma sekitar 3 kabupaten dengan jumlah orang setara dengan 3 kecamatan di jawa. Ini tanahnya flat, ada sungai dengan debit air terbesar di indonesia yang murni tawar yang tiap harinya cuma dibuang ke laut. Ini bisa jadi jalan kita untuk bisa menghasilkan etanol yang 350ribu barrel tadi. Memang banyak tantangan, tapi disitulah butuh kreativitas dan inovasi."

--catatan pribadi, kreativitas dan inovasi adalah hal yang penting.

Pada masalah lain beliau mengingatkan :
" Pada saat ini kesempatan memperoleh pendidikan bermutu makin sulit, tanpa disadari diskriminasi pendidikan sudah terjadi. Ini berbahaya bila terus terjadi di Indonesia"

Huff, memang, banyak bahan renungan yang di dapat untuk kemajuan Indonesia. Banyak pula kisah yang menambah semangat untuk membangun negeri ini. Ayo, semangat kawan.

Selasa, 28 Oktober 2008

Sumpah pemuda,,,,,,,sebuah renungan

Pemuda saat ini adalah penentu keadaan bangsa 20 sampai 30 tahun mendatang.....................


Apa yang akan terjadi, wahai pemuda......
Bila kita tidak peduli akan keadaan negara saat ini?
Sebagian besar dari kita lebih memilih bersenang-senang dan tak peduli akan apapun asalkan kita masih dapat tertawa.........tanpa peduli akan penderitaan orang lain.

Apa yang akan terjadi, wahai pemuda......
Bila kita hanya berlomba mengeyam pendidikan tertinggi dan nantinya sekedar mengejar upah yang besar?
Bekerja di perusahaan asing bergaji besar, tanpa memperdulikan perusahaan negara yang benar-benar membutuhkan keahlian kita, walaupun dengan bayaran sekadarnya.

Apa yang akan terjadi, wahai pemuda......
Bila saatnya nanti kita harus berkontribusi, tapi kita belum menyadarinya, seakan saat itu belum tiba.

Apa yang akan terjadi, wahai pemuda......
Bila telah tua nanti, kita baru sadar akan kesalahan kita. Kesalahan atas kesempatan untuk membangun negeri yang telah kita tinggalkan.

Apa yang akan terjadi, wahai pemuda......
Bila nantinya kita meninggalkan keadaan negeri yang makin buruk untuk anak-cucu kita


Berjuanglah, dan sadarlah sebelum semua itu terlambat,,,,,,,,,,,,,

semua untuk Indonesia ku, Indonesia mu, dan Indonesia kita semua....

Harga BBM Turun Ga Ya ???

Wew, kemarin malem browsing-browsing ada berita kalau harga minyak dunia turun sampai $ 60,64/barrel padahal kemarin siang baca di Republika harga minyak masih $62/barrel. Kira-kira harga BBM di Indonesia bisa turun ngga ya?

Tapi kalau dibandingkan sama harga rupiah yang udah sampai Rp 10.050/$ bahkan kompas hari ini harga rupiah sampai Rp 10.335, apa ngga sebaiknya kelebihan dari harga BBM itu digunakan buat cadangan negara kalau terjadi apa-apa? Bukankah dengan turunnya harga minyak maka pemerintah dapat menyimpan sisa dana untuk subsidi sehingga bisa dipakai di sektor lain? Untuk membayar hutang mungkin, atau untuk pendidikan lebih baik.

Saya sendiri, menakutkan bila harga minyak diturunkan, maka nanti ketika harus kembali naik akan mengundang kembali berbagai aksi massa. Lebih baik daripada menurunkan, sisa subsidi yang tersesdia lebih di konsentrasikan untuk membantu yang membutuhkan.

Gimana menurut pandangan teman-teman?